Thursday, April 30, 2009

Warna-Warni Hidup Berkelompok

Memang sudah sunnatullah bahwa manusia lahir dengan berbagai keinginan, kebutuhan, serta kemauan. Bagaimana kita menyikapi hal tersebutlah yang menurut saya akan membedakan seorang manusia dihadapan lingkungannya (teman dan keluarga) dan pastinya dihadapan Allah nantinya.

Seingat saya, ada seorang bijak dimasa lalu yang berkata bahwa manusia adalah mahluk sosial,,,dan sesungguhnya pernyataan ini benarlah adanya. Dalam hidup kita banyak sekali hal-hal yang kita lakukan secara berkelompok. Mulai dari Sekolah Dasar (kebetulan saya tidak mengenyam pendidikan TK), saya dihadapkan dengan lingkungan yang terdiri dari sekelompok orang, baik itu kelompok teman sekelas, Bapak dan Ibu guru, karyawan bagian Tata Usaha, Ibu-ibu kantin, juru parkir sekolah dan lainnya.

Sejak kelas 1 sampai kelas 6 Sekolah Dasar, Alhamdulillah saya selalu dipercaya untuk menjadi ketua kelas. Entah apa yang jadi bahan pertimbangan Bapak/Ibu Guru yang menunjuk saya, ya,,,saya ditunjuk,,,bukan dipilih oleh teman2 sekelas,,,,toh memang waktu itu kita belum mengenal metode musyawarah ataupun voting dalam mengambil suatu keputusan atau memilih sorang pemimpin…dan tentunya sayapun lupa akan hal-hal yang saya lakukan sebagai ketua kelas saat itu, kecuali saat kelas 3, saya diminta oleh Bu Ngatini (walikelas 3) untuk membantu menjaga keheningan kelas,,,karena memang saat itu kami diberikan tugas yang harus diselesaikan, sambil pada saat bersamaan, bu Ngatini tampak sibuk memeriksa lembar jawaban, entah punya kelas berapa.

Saat SMP dan SMA saya lebih sering cuma menjadi anggota dari kelompok yang saya ikuti; baik itu kelompok sepakbola, OSIS atau yang sejenisnya. Kenapa,,,itupun saya lupa,,,apakah karena saat itu sudah mulai sadar bahwa lebih enak jadi anggota biasa sehingga gak pusing memikirkan masa depan kelompok, disuruh-suruh oleh anggota dan bisa menikmati seluruh aktivitas yang ada dengan semaksimal mungkin.

Sungguh enak memang saat kita menjadi anggota suatu kelompok, karena dalam kesempatan berdiskusi/musyawarah/rapat atau apapun namanya, saya dapat mengutarakan keinginan saya tanpa harus memikirkan apakah keinginan itu cocok dan sejalan dengan keinginan orang lain…sama sekali tidak terlintas pula apakah keinginan saya tersebut baik untuk masa depan kelompok atau tidak,,,saya tidak pernah terlalu pusing memikirkan itu, yang penting saya senang,,,dan apabila kesepakatan yang diambil tidak sesuai keinginan saya pribadi, saya toh akan tetap menjalankan kegiatan itu dengan sepenuh hati. Hanya dengan semangat bahwa saya adalah bagian dari kelompok itu, dan karena mayoritas anggota menginginkan hal yang sama.

Semakin bertambah usia saya, semakin banyak pula kelompok sosial yang saya terlibat didalamnya, seperti kelompok pengajian, kelompok warga (RT/RW), kelompok futsal, kelompok alumni kampus, termasuk kelompok kerja (kantor maksudnya). Namun seringkali dinamika yang saya alami saat ber-kelompok ini sama saja saat saya mulai berkelompok di SD. Karena sejatinya memang sebuah kelompok adalah suatu kumpulan individu yang tentunya terdiri dari banyak orang sehingga juga melibatkan banyak kebutuhan, keinginan, perasaan, kesepakatan, ketidaksepakatan dan lain-lain.

Satu hal yang saya selalu ingat, meskipun saya yakin keinginan saya adalah yang paling baik dan benar, berkali-kali saya menghadapi bahwa (anggota) kelompok menginginkan hal yang berbeda, bertolak belakang bahkan. Seringkali ini disebabkan karena berbagai alasan dan faktor kenyaman pribadi seperti waktu, jarak, metodologi, etc.

Namun dengan berbekal semangat kebersamaan, akhirnya meskipun seringkali berat, hal tsb saya dijalani, dengan sepenuh hati tentunya…(meskipun sedikit mengeluh dalam hati). Ya,,benar, dalam hati saja, karena kalau saya ungkapkan ke anggota kelompok, saya khawatir akan menimbulkan ketidaknyamanan. 

Dalam beberapa kesempatan, saya pun menyampaikan keberatan saya kepada kelompok akan suatu hal, namun tidak selalu berhasil. Kenapa…??? Karena kembali lagi, yang menurut saya adalah terbaik belum tentu anggota lainnya berpendapat sama dan meng-amini nya. akhirnya,,,ya sudah,,,saya memutuskan untuk ikut berpartisipasi, sangat saya usahakan tanpa membawa keluhan,,,,toh saya tetap masih bisa hidup.

Saat ini terjadi, hal selalu menguatkan saya,,,(meng-empower) adalah ketika saya masih bisa pulang kerumah dengan disambut senyum hangat anak dan istri, dan seketika itupula semua ketidaknyaman yang ada terobati dan luntur,,,dan hal itu pula yang membuat saya Alhamdulillah bisa tidur nyenyak setiap hari nya…

No comments: